Senin, 04 November 2019

Pandangan Umum Kaderisasi

‌Pandangan Umum Pengkaderan

Sebagai organisasi kader, proses pengkaderan atau kaderisasi menjadi hal yang sangat penting. Dalam bagian pertama buku Pendidikan Kritis Transformatif,dikutip dari pernyataan Fazlu Rahman berbunyi, any Islamic reform must begin with education. Terjemahannya kurang lebih adalah “upaya perbaikan apapun harus dimulai dari pendidikan.” Di PMII pendidikan itu dipraktekkan secara lebih khusus
dalam pengkaderan.

Melalui pendidikan, pengkaderan bukan semata-mata hendak menjadikan orang terdidik secara intelektual, berwawasan, dan terampil secara teknis,melainkan juga membekali individu-individu dengan tugasnya baik sebagai wakil di Tuhan di muka bumi (khalifah) maupun sebagai hamba tuhan (abdullah). Selain itu
pengkaderan juga dimaksudkan untuk membangun keberpihakan individu terhadap
masyarakat besar dari mana kader berasal. Sehingga pengetahuan dan keterampilan
individu apapun yang diperoleh dari kaderisasi PMII diharapkan akan mengabdikan pengetahuan dan keterampilan itu bagi kolektivitas, bukan diabadikan bagi kebesaran
dan kejayaan individu.

Melalui pengkaderan, PMII bukan sekadar merekrut anggota sebanyak banyaknya melainkan juga membentuk untuk menciptakan kader. PMII mencita citakan untuk membentuk seorang individu menjadi pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab
mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ada tiga titik berat tujuan pengkaderan di PMII. Pertama, membangun individu yang percaya dengan kapasitas individualitasnya sekaligus memiliki ketertarikan terhadap kolektivitas. Yakni individu yang menemukan kesadaran primordial. Kedua, membebaskan individu dari belenggu-belenggu yang tercipta selama berabad-abad sepanjang sejarah Nusantara, tanpa memangkas individu dari sejarah itu sendiri. PMII mengidealkan lahirnya kader yang tidak mudah menyerah oleh tekanan sejarah sekaligus mampu memahami gerakan sejarah serta mampu bergerak di dalamnya. Ketiga, pengkaderan PMII hendak membangun keimanan,pengetetahuan, dan keterampilan sekaligus. Pengetahuan bukan semata-mata untuk intelek, melainkan juga pemahaman kenyatan atau medan gerak. Oleh karena itu ada lima alasan mengapa harus ada pengkaderan di PMII. Kelima alasan tersebut antara lain :

a. Pewarisan nilai-nilai (argumentasi idealis)
Pengkaderan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai luhur yang dipahami, dihayati, dan diacu oleh PMII. Nilai-nilai tersebut harus diwariskan karena menjadi salah satu sumber elan-gerak PMII adalah nilai-nilai, seperti penghormatan terhadap sesama, perjuangan, kasih sayang. Selain disampaikan melalui materi-materi pengkaderan, nilai-nilai tersebut juga ditularkan dalam pergaulan sehari-hari.

b. Pemberdayaan anggota (argumentasi strategis)
Pengkaderan merupakan media bagi anggota dan kader untuk menemukan dan mengasah potensi-potensi individu yang masih terpendam. Secara lebih luas,pengkaderan merupakan upaya pembebasan individu dari berbagai belenggu yang menyekap kebebasannya. Sehingga individu menjadi lebih terbuka untuk menyatakan diri dan mengarahkan potensinya bagi tujuan perjuangan.

c. Memperbanyak anggota (argumentasi praktis)
Manusia selalu membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman. Semakin banyak teman manusia merasa aman dan percaya diri. Hukum demikian berlaku dalam organisasi. Di samping itu kuantitas anggota sering menjadi indikator keberhasilan organisasi, meskipun tidak bersifat mutlak. Setidaknya semakin banyak anggota, maka human resources organisasi semakin besar.

d. Persaingan antar-kelompok (argumentasi pragmatis)
Hukum alam yang berlaku di tengah masyarakat adalah kompetisi. Dalam persaingan di tingkat praktek, cara yang sehat dan tidak sehat bercampur aduk dan sulit diperkirakan berlakunya. Melalui pengkaderan, PMII menempa kadernya untuk menjadi lebih baik dan ahli daripada organisasi yang lain.Dengan harapan utama, apabila kader PMII memenangkan persaingan akan membawa kebaikan bersama.

e. Mandat organisasi (argumentasi administratif)
Regenerasi merupakan bagian mutlak dari sebuah organisasi. Regenerasi hanya mungkin terjadi melalui pengkaderan. Tujuan PMII yang termaktub dalam AD/ART pasal 4 mengharuskan adanya pengkaderan. Melalui pengkaderan penggemblengan dan produksi kader dapat sinambung. Oleh karena menjadi mandat organisasi, maka pengkaderan harus diselenggarakan.

Untuk mencapai sebuah tujuan organisasi, maka orientasi tersebut harus mengusahakannya melalui penguatan internal dan eksternal.

Penguatan internal lebih mengarah pada kaderisasi sebagai sebuah sarana untuk penguatan eksternal. Sedangkan penguatan eksternal lebih mengerucut pada permasalahan jaringan (networking). Hal ini sudah sangat wajar dilakukan, apalagi oleh organisasi PMII
yang mengklaim sebagai organisasi kader. Penguatan sistematika pengkaderan sebagai sebuah jawaban atas problematika yang terjadi di lapangan adalah upaya untuk menunjukkan jati diri atau kader sesungguhnya.

Sabtu, 23 Maret 2019

Peringatan Harlah NU ke-96 PMII Rayon Tarbiyah STAI Pati gelar Seminar dan Istighotsah Kubro

Pati, 16 Rajab 1440 H / 23 Maret 2019

Pengurus Rayon Tarbiyah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STAI Pati memperingati hari lahir Nahdlatul Ulama yang ke-96 dengan tema "Khidmat NU untuk Negeri".

Kegiatan ini di awali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan dengan mars PMII dan mars syubbanul wathon.
Kemudian sambutan dan arahan Ketua umum PC PMII Pati (sahabat Sutrisno) dan acara secara resmi di buka oleh Bapak Abdul Aziz M.Ag selaku Wakil Ketua STAI Pati.

Dalam pidatonya, Ketua Umum PC PMII Pati mengatakan bahwa, " Kegiatan kegiatan keagamaan seperti ini perlu di lestarikan, artinya jangan hanya pada saat momentum saja, tetapi sebagai rutinan aktivitas spiritual kader kader PMII agar benar benar menjadi kader yang Religius Nasionalis".

Acara ini juga mendapat respon positif dan apresiasi yang luar biasa dari pihak kampus STAI Pati. Bapak Abdul Aziz mengatakan dalam pidatonya, "Kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini, PMII sudah puluhan tahun disini, tapi baru kali ini ada istighosah dari PMII".kata beliau.
" Ini saya buka sekalian, kenapa budaya seperti ini jarang terlihat di kampus yang mayoritas warganya adalah NU, karena agar mampu dimasuki oleh semua kalangan,tidak hanya dari kalangan NU saja".tambahnya.

Kemudian acara di lanjut dengan Seminar Khidmat NU untuk Negeri yang di moderatori sahabat Vika Ifatun bersama Narasumber Bapak Abdul Wahab M. Pd. I (Dosen Filsafat Pendidikan) yang kebetulan beliau adalah Alumni PMII Surabaya.
Dalam Seminarnya, Sahabat Abdul Wahab mengupas tuntas sejarah perjalanan NU dalam mengawal Negeri ini.

Puncak acara ini adalah istighotsah kubro, pembacaan tahlil dan sholawat asyghil, sesuai intruksi dari PBNU. Istighosah ini juga di pimpin langsung oleh sahabat Abdul Wahab.
Acara berakhir pada pukul 17.10 WIB di tutup dengan jamaah sholat ashar dan makan bersama.

Ketua Rayon Tarbiyah, Sahabat Agus Ulin Nuha berkata, "tidak bisa di pungkiri bahwa keberhasilan ini adalah hasil dari kerja sama, gotong royong dari kita semua baik itu berupa materi, tenaga, fikiran, bahkan waktu sudah kita korbankan demi memberikan sumbangsih kita kepada PMII, demi Marwah dan nama baik organisasi tercinta, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Saya mewakili pengurus rayon mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada sahabat sahabat semua, semoga apapun yang kita lakukan hari ini membawa kemanfaatan di hari esok dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Selanjutnya harapan saya, kegiatan ini ada follow up yang kemudian menjadi agenda rutin rayon tarbiyah, sebagai langkah penguatan spiritual yang akan berefek pada kekuatan intelektual kita sebagai insan ulul albab(manusia yang selalu berfikir dan bergerak) yang mampu membaca situasi apapun di kehidupan kita."

Tangan terkepal Maju ke muka
Salam Pergerakan!!

Rabu, 16 Januari 2019

Pertemuan Alumni SMA Islam Raudlatul Falah Lintas Generasi

Pati, 16 Januari 2018

Pertemuan Mahasiswa Alumni SMA Islam Raudlatul Falah Lintas Generasi.

Pada hari rabu siang (16/01)

Alumni SMA Islam Raudlatul Falah mengadakan pertemuan di Khayangan Rooftop Cafe Pati.

Pertemuan ini di latar belakangi oleh keresahan beberapa Mahasiswa Alumni yang melihat bahwasanya lulusan dari SMA Islam Raudlatul Falah banyak yang tidak melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Padahal jika dilihat dari SDM Siswa Siswinya banyak yang berkualitas.
Kemudian berawal dari ngopi bareng beberapa alumni, muncul gagasan ingin membuat ikatan Alumni yang kemudian diputuskan bertempat di Pati.
Forum yang dihadiri 10 orang dari angkatan yang berbeda dan berbagai universitas.10 orang ini adalah Alumni dari tahun 2012 sampai 2018.
Berikut ini nama nama yang hadir dalam pertemuan perdana ini.
1.Arif Suharyoso(2012)
2.Agus Ulin Nuha(2013)
3.Harun Ar-Rosyid Hari(2014)
4.Dia Adinna(2015)
5.Lia Zuhairoh(2015)
6.Anissatul Azizah(2016)
7.Kholila(2017)
8.Gadis Suryaningtyas(2017)
9.Very Ferdian(2014)
10.Fety Puja Anggraini(2018)

Dalam pertemuan ini membahas beberapa hal diantaranya, nama organisasi ,tujuan organisasi,pembentukan pengurus serta penentuan logo alumni.

Pertama,terkait nama organisasi muncul beberapa wacana dari sahabat sahabat alumni diantaranya ada Ikatan Mahasiswa Raudlatul Falah, Himpunan Mahasiswa alumni Raudlatul Falah, Keluarga mahasiswa Raudlatul Falah. Melalui perdebatan yang tidak kunjung menemukan titik tengah dan akhirnya disepakati Ikatan Mahasiswa Raudlatul Falah yang kemudian disingkat IKMARAFA.

Selanjutnya membahas tentang tujuan berdirinya IKMARAFA yang akhirnya menelurkan beberapa poin, yaitu:
1 membentuk wadah silaturohim untuk mempererat alumni lintas generasi.
2.membangun ikatan yang maju dan intelektual
3.memberikan informasi atau sosialisasi seputar perguruan tinggi kepada adik-adik di SMA Islam Raudlatul Falah.

Kemudian dilanjut dengan penentuan pengurus yang disepakati disini diberi nama pengurus pusat dan dibawahnya ada pengurus koordinator cabang. berdasarkan hasil kesepakatan mufakat dari 10 orang maka disepakati,

Ketua Umum : Arif suharyoso (STAI Pati)
Wakil Ketua : Harun al-rashid Hari (Unissula)
Sekretaris:  Lila (UIN Walisongo)
Bendahara: Lia Zuhairoh (IAIN Kudus)

Kemudian dilanjutkan Koordinator kota,
Pati: 1.Agus Ulin Nuha(STAI Pati)
2.Fety Puja Anggraini(STAI Pati)
Kudus: 1.Anissatul Azizah(IAIN Kudus)
2.Dia Adina(IAIN Kudus)
Semarang: 1.Ferry Ferdian(Unissula)
2.Gadis Suryaningtyas(Universitas Diponegoro)
Yogyakarta:1.Muhammad Farhan(UIN Sunan Kalijaga)
2.Ratna Novitasari
Jakarta: 1.Sofii Nilal Muna

Untuk Menindaklanjuti hasil pertemuan pada 16 Januari 2019 maka akan dilanjutkan dengan sowan kepada pihak sekolah dan sekalian meminta restu dari romo KH.Ahmad Djaelani selaku kepala sekolah SMA Islam Raudlatul Falah dan selanjutnya diadakan deklarasi di SMA Islam Raudlatul Falah pada bulan Februari 2019

Arif Suharyoso selaku ketua umum pengurus pusat IKMARAFA menyampaikan bahwa,”kita 10 orang ini adalah penggagas IKMARAFA,jadi harapan saya 10 orang ini adalah yang bertanggung jawab atas maju mundurnya IKMARAFA dan saya harapkan kita semua mampu mengawal sampai beberapa generasi yang akan datang”.
Acara ini ditutup dengan menyanyikan Mars Yasrof dan Foto bersama.